Selasa, 21 April 2009

Penebaran ikan

Beberapa hal yang dapat dijadikan patokan dalam melakukan kegiatan budidaya ikan di KJA antara lain: penentuan padat tebar, pemilihan dan penebaran benih, pemberian pakan, pengambilan sample (contoh), panen dan distribusi.

Padat Tebar
Padat tebar ikan dalam tiap kantong KJA bergantung pada jenis ikan, ukuran tebar, lama peleliharaan, ukuran panen dan tujuan pembesaran. Padat tebar untuk memproduksi ikan konsumsi berbeda dengan untuk memproduksi calon induk/induk. Secara umum, padat tebar ikan untuk pembesaran ikan konsumsi lebih rendah daripada untuk pembesaran ikan calon induk/induk.
Total Berat Tebar

Total berat tebar (PPI) dapat dihitung dengan rumus : B T P/(BRP X BRT)
Keterangan :
PPI = Padat Penebaran Ikan (kg/m3),
BTP = Berat Total Panen (kg/m3),
BRP = Berat Rata–rata Panen (kg/ekor),
BRT = Berat Rata–rata Tebar (kg/ekor).
Jika kita mengharapkan berat rata-rata saat panen (BRP) adalah 0,3 kg/ekor, berat total saat panen (BTP) 10,20 kg/m3, berat rata–rata tebar (BRT) 0,015 kg/ekor, maka total berat tebar bisa dihitung dengan menghitung volume jaring efektif yaitu 7X7X(3 - 0,5 = 2,5) m3 =122,5 m3. Pengurangan dengan 0,5 m sebagai kompensasi berkurangnya kedalaman jaring karena tidak terendam air melainkan menggantung di sisi geladak. Dari hitungan diatas jumlah ikan yang harus ditebar adalah 62,47 kg.
Target Tonase Akhir
Penghitungan target tonase akhir sangat ditentukan oleh prosentase kandungan protein dalam pakan yang diberikan. Kecenderungannya adalah semakin tinggi kandungan protein dalam pakan hinggga batas optimal akan semakin tinggi pula pakan yang dirubah menjadi daging.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung tonase akhir panen (TAP) adalah:
TAP =(TPS x 65%) + BTAB
Keterangan :
TAP = Tonase Akhir Panen,
TPS = Total Pakan Yang Digunakan Selama Pemeliharaan,
BTAB = Bobot Tebar Awal Benih.
Sebagai contoh, Jika pakan yang terkonversi menjadi daging adalah 65%, total pakan yang digunakan selama pemeliharaan (TPS) adalah 2000 kg dan bobot tebar awal benih (BTAB) adalah 50 kg, maka tonase akhir dapat diestimasi sbb :
(2000 kg X 65% ) + 50 kg = 1350 kg daging
Pemilihan Benih
Pemilihan benih sangat penting dilakukan sebelum tebar. Perlu diketahui asal–usul, umur, kesehatan dan keseragaman ukuran dalam populasinnya. Benih yang baik berasal dari hasil pemijahan induk yang unggul dan tidak terinfeksi penyakit. Ciri-ciri benih unggul untuk kegiatan pembesaran tertera dalam Standard Nasional Indonesia (SNI) baik nila, mas maupun beberapa jenis ikan lainnya.
Penebaran Benih
Setelah direncanakan target tonase dan ukuran saat panen maka segera dapat dilakukan tebar benih. Sebelum proses tebar dilakukan terlebih dahulu perlu dicek kondisi jaring yang akan digunakan sebagai wadah pemeliharaan. Usahakan agar kondisinya utuh dan tidak sobek. Ukuran benih yang ditebar disesuaikan dengan ukuran mata jaring yang akan digunakan. Untuk benih ukuran 5 g/ekor menggunakan jaring dengan ukuran mata jaring 0,75”, sedangkan diatas 10 g/ekor bisa menggunakan jaring 1,0”.
Proses tebar benih bisa dilakukan pada pagi atau sore hari sewaktu intensitas sinar matahari rendah. Sebelum benih dilepas dilakukan adaptasi suhu selama sekitar 5 menit. Caranya dengan membiarkan kantong benih mengapung di kolam, selanjutnya kantong di buka sambil memasukkan air kedalamnya. Setelah ikan terlihat diam gerakannya tidak liar (stress) perlahan–lahan mulut kantong ditenggelamkan ke dalam air. Proses adaptasi yang dilakukan dengan benar akan dapat menekan angka mortalitas hingga 5%.
Pemberian Pakan
Pembesaran ikan dalam KJA termasuk sistem pemeliharaan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan tidak menggantungkan pada pakan alami dari lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab itu untuk mendukung pertumbuhan yang optimal, ikan yang dipelihara diberi pakan berupa pelet dengan nutrisi yang seimbang dengan kandungan protein 26 – 28%.
Selain itu kondisi musim yang tidak selalu sama pada setiap pemeliharaan akan berpengaruh pula terhadap pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan. Namun demikian, pemberian jumlah pakan dapat dilakukan dengan melihat berat pada tiap pengambilan sampel/contoh. Secara umum, dosis pemberian pakan untuk pembesaran di KJA adalah 5% pada awal pemeliharaan. Dosis ini berangsur menurun menjadi 3% hingga air pemeliharaan.
Pengambilan Contoh/Sampling dan Pengecekan
Sampling dilakukan bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan mingguan dan pendugaan total bobot biomass ikan yang dipelihara. Manfat lain dari sampling adalah untuk menentukan ukuran serta prosentase dan intensitas pemberian pakan. Sampling dapat dilakukan setiap 15 hari sekali.
Teknik pelaksanaanya adalah dengan mengambil 1 s.d. 2% ikan sampel dari total populasi kemudian menimbang dan menghitung berat rataannya. Agar ikan tidak stress sampling sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
Apabila cuaca pada musim pemeliharaan adalah normal dimana tidak terjadi serangan penyakit atau up welling, maka total biomasa ikan yang dipelihara dapat lebih akurat untuk diestimasikan. Selain untuk mengetahui laju tumbuh, sampling juga untuk mengecek kesehatan ikan yang dipelihara khususnya pengecekan terhadap sisik, sirip dan insang karena jika diketahui salah satu insang terserang penyakit dapat segera dilakukan pemisahan dari populasinya untuk diobati.
Panen
Setelah bobot rata – rata ikan yang dipelihara 250 s/d 300 gr/ekor dilakukan panen. Pada musim tanam yang bagus, bobot diatas dicapai pada umur 100 s/d 120 hari tergantung padat tebar dan pemberian pakan.
Panen dilakukan secara total untuk satu kolam. Pelaksanaanya dengan terlebih dahulu memuasakan (memberok) ikan selama 8 jam sebelum panen. Misalnya panen akan dilakukan jam 19.00 maka harus dipuasakan sejak jam 11.00 siang agar ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran saat pengangkutan.
Untuk memudahkan pengambilan ikan saat panen jaring perlu disempitkan dengan menggunakan bambu yang diselipkan dibawah dua siku pengikat tali jaring dan geladak,. Secara perlahan–lahan bambu digeserkan ke tepi kolam yang berlawanan sampai akhirnya menyempit dan ikan terkumpul dan selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengepakan.
Pengepakan dilakukan dengan memasukan ikan yang sudah di timbang sebanyak sekitar 10 kiloan ke dalam kantong plastik ukuran 1 X 0,5 m2 rangkap 2-3 lapis. Volume air dalam kantong adalah 1/3 volume kantong dan sedangkan 2/3 lainnya diisi gas O2. Pengangkutan dengan teknik ini mampu menjaga agar ikan tetap hidup selama 8 jam. Setelah pengepakan selesai, ikan diangkut ke tepi dan didistribusikan ke pasar yang membutuhkan.
Pemeliharaan Ikan Nila pada Kolor (jaring lapis kedua)
Pemeliharaan ikan nila pada kolor tidak memerlukan cara yang khusus seperti ikan mas pada lapis pertama. Dasar dari pemeliharaaan adalah memanfaatkan kolom air bagian bawah jaring lapis pertama untuk pemeliharaan ikan yang mampu hidup dan tumbuh di dalamnya. Dipilihnya nila sebagai ikan yang dibudidayakan pada kolor karena mampu memakan remah dari pakan ikan mas dan perifithon yang menempel pada dinding jaring.
Volume kolor efektif yang digunakan untuk pemeliharaaan adalah (15,8 X 15,8 X 5,5) m3 - 4 (7 X 7 X 2,5 m3) = 883,02 m3. Dari volume tersebut bisa diisi dengan benih nila ukuran 5 – 8 cm sebanyak 250 kg atau 10 – 15 cm sebanyak 325 kg.
Benih nila ditebar 2 minggu sebelum benih ikan mas ditanam. Cara ini dilakukan untuk mengadaptasikan dan mengurangi kematian sebelum ditebar pada kolor. Selama masa adaptasi nila diberi pakan sebanyak 2% dari total biomass.
Penebaran ke dalam kolor dilakukan setelah ikan mampu mengkonsumsi pakan yang diberikan dengan baik dan tidak lagi terjadi kematian. Pemberian pakan terhadap benih nila dilakukan hingga benih mas ditebar. Selanjutnya, benih tidak diberi pakan hingga panen .
Penggunaan empat kolam untuk pemeliharaan ikan mas akan sangat membantu pertumbuhan ikan nila yang ditanam pada kolor. Karena secara langsung maupun tidak langsung, ikan nila pada jaring kolor akan memanfaatkan sisa pakan yang tidak tertangkap oleh ikan mas dan atau memanfaatkan kotoran/feses ikan mas.
Apabila pakan yang digunakan dan benih nila yang ditanam baik kualitasnya, maka tonase akhir bisa diestimasi. Rata–rata benih nila yang baik bisa menghasilkan tonase akhir 15 s/d 18% dari total pakan yang digunakan selama masa pemeliharan ikan mas di tambah bobot tebar awal. Jika total pakan yang digunakan selama pemeliharaan adalah 8000 kg, bibit nila yang digunakan sebanyak 300 kg, maka tonase akhir ikan nila dalam jaring kolor adalah:
(8000 kg X 18%) + 300 kg = 1740 Kg.
Pada musim tanam yang baik biasanya usia panen untuk penebaran ikan nila ukuran 5 g adalah 180 hari. Sedangkan untuk benih ukuran 15 g adalah 120 hari dengan berat berkisar 160 s.d. 260 g.
Pemanenan nila pada kolor relatif lebih sulit dibandingkan jaring lapis pertama. Caranya dengan melepas salah satu sisi jaring terlebih dahulu, kemudian dirapatkan ke sisi depannya oleh 4 orang yang ada di air dan setelah merapat, jaring diikat dengan tali jaring selanjutnya dijepit dengan bambu. Dengan cara ini ikan nila bisa terkumpul dan tinggal memanennya.

0 komentar:

Budidaya ikan © 2008 Por *Templates para Você*